Angsa dan Kelelawar adalah sebuat buku novel bertema detektif karya Keigo Higashino.
Informasi seputar buku ini sudah wara-wiri di timeline media sosial saya sejak tahun 2023 lalu, bukan hanya itu sebenarnya saya sudah sering memperhatikan buku ini ketika mampir ke Gramedia.
Namun, pada akhirnya niatan untuk memboyong buku ini saya urungkan.
Rasanya saya sudah terlalu sering membaca buku pak Keigo, sudah mulai bosan dan mulai mengerti pola dari jalan cerita yang akan dibuat—Ini saya yang mencoba sok tau sih xD
⚠️ Warning, this content may contain spoilers!
Buku Angsa dan Kekelawar ini adalah salah satu buku tertebal yang pernah saya selesaikan membacanya.
Jumlahnya halamanya ada 559. Gila kan.
Bahkan, saya sendiri tidak pernah mengkhatamkan jumlah buku dengan halaman sebanyak itu saat belajar dari buku-buku pelajaran sewaktu kuliah :’
Tapi ini berbeda, ini buku tulisan Keigo, sehingga tentu saja saya memberikan ekspektasi yang begitu besar terhadap buku ini dibanding buku-buku tulisan beliau yang pernah saya baca sebelumnya. Minimal kalau ngga bagus ya bagus banget lah.
Tentang Angsa dan Kelelawar
Buku Angsa dan Kelelawar ini merupakan buku Keigo yang diterjemahkan dari judul aslinya 白鳥とコウモリ atau Hakucho to Komori yang pertama kali diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia pada tahun 2023.
Buku ini mengangkat temanya detektif yang mengungkapkan kasus pembunuhan, seperti kebanyakan buku yang ditulis oleh pak Keigo.
Singkatnya, kasus pembunuhan ini melibatkan Shiraishi Kensuke, seorang pengacara yang ditemukan tewas tertikam dalam mobilnya. Di tengah penyidikan, muncul seorang bernama Kuraki Tatsuro yang mengaku sebagai dalang dari pembunuhan tersebut.
Semua bukti yang diungkapkan Kuraki Tatsuro sangat menyakinkan, meskipun demikian Kazuma putra Kuraki dan Mirae putri Shiraishi menyangsikan hal tersebut.
Mereka tidak mampu menyingkirkan keraguan dari hati mereka dan akhirnya saling bekerja sama untuk menyingkap kebenaran, walau tanpa disadari terdapat kenyataan yang jauh lebih menyakinkan.
Seperti kalimat dalam sinopsis buku ini:
Dan sepertinya, judul buku ini diambil dari pengambaran tersebut.
Setelah membaca buku ini…
Setelah selesai membaca, buku ini cukup jauh dibanding ekspektasi yang saya harapkan. Dibanding buku pak Keigo, buku ini termasuk yang paling lama saya selesaikan—di samping dari jumlah halamannya yang memang banyak.
Buku ini alurnya cukup lambat dan kurang sat set.
Hampir setengah dari buku ini menceritakan kegalauan para detektif yang tidak kunjung mendapatkan bukti nyata dari setiap argumen yang diungkapkan tersangka.
Setelah, permasalahan ini mulai menuju titik terang sekalipun masih banyak hal lain menganjal dan kemudian pembaca diajak bolak-balik untuk mengetahui bagaimana sudut pandang masing-masing karakter.
Ibarat kata buku ini banyak perang emosi manusia, dan saya yang kurang bisa menikmati buku yang seperti ini cenderung lelah untuk memahami.
Baru di pertengah menuju akhir cerita, tone ceritanya agak berubah menjadi lebih cepat dan membuat saya bersemangat untuk menamatkannya.
Namun, yang tidak bisa diragukan dari buku ini adalah seperti biasa kualitas terjemahannya sangat juara. Nyaman untuk dibaca dan kesan buku terjemahan dari buku ini juga tersamarkan.
Sudut pandang berbeda setiap orang
Mungkin ini yang ingin disampaikan dari buku ini, bahwa “Dalam sebuah peristiwa, setiap orang punya sudut pandangnya masing-masing”. Hal ini juga membuat saya merasa puas setelah menuntaskan buku tersebut.
Seperti yang telah saya singgung sebelumnya, buku ini menampilkan banyak perspektif dari masing-masing karakternya, misalnya:
- Kuraki Kazuma, dari pihak keluarga tersangka
- Shiraishi Mirei, dari keluarga korban
- Keluarga Abasa yang punya keterkaitan dengan tersangka
- Detektif yang menangani kasus tersebut
Oh iya, yang tidak kalah seru lagi adalah bagaimana sikap netizen memandang kasus ini.
Memang ya, dimana-mana yang namanya netizen ternyata sama saja. Sama-sama ngeselin dan sok tahu terhadap semua hal. Bahkan, netizen ini tidak segan-segan berkomentar jahat dan mengusik kehidupan pribadi keluarga tersangka maupun korban.
Padahal kenal aja ngga kan?
Netizen ini kayak yang ngga pernah mikir komentar jahatnya bisa menghancurkan kehidupan orang lain— Ya Allah, gedeg banget sama netizen :’
Diajak belajar hukum (di Jepang)
Saat membaca buku ini saya jadi sedikit banyak tahu, bagaimana usaha seorang wartawan mendapatkan berita hits, meskipun harus terus berupaya menggali informasi dari keluarga yang berduka.
Bagaimana cara pengacara melindungi klien dan mencoba mencari cara untuk menyerang lawan.
Banyak juga istilah hukum yang dijelaskan di dalamnya, misalnya kondisi ketika tersangka yang terkait dengan kasus yang masanya sudah kadaluarsa, atau sistem partisipasi korban yang digunakan agar keluarga korban bisa terlibat secara aktif membantu menyelidiki kasus pembunuhan yang terjadi.
Istilah hukum yang cukup asing di telinga saya, beruntungnya hal ini dijelaskan dengan sederhana.
Terima kasih mba Mirae, sudah banyak mewakili saya yang juga tidak paham hukum. Berkat pertanyaan-pertanyaannya membuat saya jadi banyak paham maksudnya seperti apa.
Jangan baca buku ini untuk mengawali buku Keigo lainnya
Ya, jika kamu sedang mempertimbangkan untuk mulai membaca buku karya Keigo Higashino, jangan awali dengan buku ini.
Meskipun buku ini populer di Indonesia sejak awal perilisannya, buku ini cukup membosankan dengan tebal lebih dari 500 halaman. Bisa jadi niatan untuk membaca buku pak Keigo lainnya akan berhenti.
Bagi pembaca pertama, lebih baik membaca buku “The Devotion of Suspect X” dengan tema serupa Angsa dan kelelawar yang lebih seru dengan plot twist lebih mengagetkan, atau si first love Keigo bagi kebanyakan orang “Keajaiban Toko Kelontong Namiya”.
Rating untuk Angsa dan Kelelawar
Berdasarkan alur dan jalan cerita, secara personal saya memberikan bintang ⭐⭐⭐ di situs goodreads. Bagus tapi bukan yang bagus banget, tapi oke sebagai selingan bacaan saat waktu luang.