Ilmu pengetahuan tidak akan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat jika tidak dikomunikasikan dengan baik. Di sinilah pentingnya komunikasi sains untuk menjembatani dunia ilmiah dengan kehidupan sehari-hari.
“Nothing in science has value in society if it is not communicated.”
— Anna Roe
Disclamer:
Tulisan ini merupakan rangkuman dari online course Science Content Creation Lab dari The Conversation Indonesia. Bagian ini adalah sesi kedua tentang Ngonten sambil ngasih ilmu, why not? yang disampaikan oleh Dennis Guido
Kenapa Kita Harus Menyampaikan Sains?
Salah satu alasan yang sangat sederhana dan dekat dengan kehidupan masyarakat yaitu agar sebagai setiap orang mempu mengambil keputusan yang lebih cerdas dan bijak.
Contohnya ketika seseorang ingin membeli produk makanan, pengetahuan tentang gizi dan kandungan bahan akan membantu mereka memilih yang lebih sehat dan sesuai kebutuhan tubuh.
Atau yang lebih luas dan krusial lagi adalah ketika pandemi COVID-19 melanda, masyarakat dibanjiri oleh informasi yang simpang siur — baik yang benar maupun yang salah. Fenomena ini disebut “Infodemic”, yaitu banjir informasi berlebihan yang dapat membingungkan publik dan memperparah krisis.

Satu informasi yang salah bisa menyebar dengan cepat dan menyebabkan keputusan yang keliru, bahkan berbahaya bagi kesehatan masyarakat.
Apa Itu Komunikasi Sains?
Seperti pembahasan pada kelas Science Content Creation Lab week 1, Komunikasi sains adalah upaya menyampaikan informasi ilmiah secara akurat, menarik, dan mudah dipahami oleh publik.
Dalam komunikasi sains setidaknya mengandung gabungan dua ilmu ini:
- Ilmu sains
- Jurnalistik atau storytelling publik
Tantangan komunikator sains adalah menyajikan informasi yang tidak terlalu teknis seperti ilmuwan, namun juga tidak terlalu dangkal seperti jurnalisme umum. Harus ada keseimbangan antara kedalaman informasi dan aksesibilitas pesan.
Proses Membuat Konten Sains
Membuat konten sains yang efektif dan engaging melibatkan beberapa tahapan utama, yaitu:
Tahap 1: Pre-Processing
Tahap awal sebelum membuat konten:
- Pilih topik yang relevan
Pilihlah topik yang cocok dengan minatmu sekaligus bernilai bagi audiens kamu. Ini penting agar kamu tetap antusias dalam prosesnya.
- Kenali audiensmu
Apakah kontenmu ditujukan untuk Gen Z, pelajar SMA, ibu rumah tangga, atau profesional?
Sesuaikan gaya bahasa, tone, dan format sesuai karakteristik mereka.
- Lakukan riset
Jangan hanya mengandalkan pengetahuan umum. Lakukan pencarian data dan tren yang sedang viral. Temukan celah unik atau sudut pandang baru yang bisa dieksplorasi dari topik yang ingin kamu buat.
Tahap 2: Processing
- Substract – Sederhanakan
Pilih informasi yang benar-benar dibutuhkan oleh audiens, bukan semua hal teknis dari jurnal ilmiah. Terlalu banyak informasi justru membuat orang bingung.
- Convert – Ubah jadi format yang engaging.
Sampaikan dalam bentuk yang lebih interaktif dan menarik, seperti:- Infografis
- Audio storytelling
- Carousel Instagram
- Video pendek
- dan sebagainya
- Eksplorasi elemen multimedia
Video adalah salah satu format paling kuat karena bisa menggabungkan:- Pengunaan narasi suara yang dapat membuat lebih engage dengan konten
- Visual video, cocok untuk penjelasan demonstrasi atau eksperimen
- Teksnya relatif lebih singkat
- Bisa ditambah dengan grafik atau animasi
Semakin banyak elemen yang dipakai dengan tepat, semakin besar peluang audiens memahami dan menyukai konten sainsmu.
Teruslah Bereksplorasi
Menjadi komunikator sains adalah pekerjaan kreatif yang terus berkembang, yang mana kunci keberhasilannya antara lain:
- Konsisten untuk terus melakukan riset dan mengamati trend yang berkembang
- Berani bereksperimen dengan bentuk konten
- Mampu beradaptasi dengan perubahan perilaku dan algoritma media sosial
Juga jangan lupa: Yang paling menarik dari dunia sains adalah rasa ingin tahu dan semangat eksperimen. Tunjukkan bahwa sains bukan hanya soal rumus, tapi tentang memahami dunia — dan membuat keputusan yang lebih bijak karenanya.
Intinya berkomunikasi sains bukan sekadar menyampaikan data. Ia adalah jembatan pengetahuan, yang bila digunakan dengan baik, bisa membentuk masyarakat yang lebih kritis, rasional, dan sehat secara informasi.


