Saatnya melawan persebaran hoax dan disinformasi

Seiring berkembangnya internet dan media sosial memberikan banyak kemudahan dalam menjalin komunikasi dan mencari informasi. Namun, tanpa disadari juga menyebabkan maraknya berita yang berisi hate speech dan informasi keliru atau hoax.

Berdasarkan laporan Kementrian Informasi dan Komunikasi (Kominfo), pada tahun 2021 setidaknya terdapat 800.000 situs penyebar hoax di Indonesia.

Survei dari Mastel (Masyarakat Telematika Indonesia) menunjukkan berita hoax terkait sosial dan politik paling banyak bererdar di masyarakat disusul dengan hoax di bidang sains seperti: kesehatan, iptek, bencana alam, serta makanan dan minuman.

Hoax yang sering beredar di masyarakat, berdasarkan laporan hasil survei wabah hoax di Indonesia tahun 2019.

Berita hoax, tak jarang juga sengaja dibuat untuk membuat kegaduhan ataupun hanya mengambil keuntungan semata. Yang akhirnya menimbulkan kebingungan dan juga merugikan banyak orang.

Apalagi biasanya konten berita hoax menggunakan isu yang tengah ramai di masyarakat dan menghebohkan, yang membuatnya sangat mudah memancing orang untuk membagikannya.

Padahal media sosial dan internet harusnya menjadi platform yang menyenangkan sebagai media belajar dan mencari informasi.


Tingginya penyebaran berita hoax dan disinformasi salah satunya dipengaruhi oleh tingkat literasi digital masyarakat yang belum baik.

Kemampuan terkait literasi digital ini penting dimiliki oleh setiap individu untuk berpartisipisi aktif di era modern seperti saat ini. Perannya sama penting dengan kemampuan dalam membaca, menulis, dan berhitung yang diajarkan di sekolah dasar.

Literasi digital yang baik diperlukan untuk mengelola informasi yang kita diterima. Mulai dari menemukan hingga menentukan informasi yang akan dibagikan ke media sosial.

Sederhananya, jika aplikasikan untuk menghindari dan mencegah penyebaran berita hoax. Minimal adalah dengan membiasakan membaca keseluruhan isi berita atau informasi yang kita terima dan menyeleksi kredibilitas sumber yang menyajikan berita tersebut.

Selain itu, kita sebagai perempuan juga dapat berpartisipasi untuk membuat konten positif di media sosial seperti, Instagram, Twitter, dll atau lebih jauh lagi dengan memanfaatkan fitur menulis terbuka di website-website dengan kredibilitas yang baik.

See also  Karhutla, Kebakaran Hutan & Lahan Gambut, Dan Cara Mengatasinya

Saya sendiri, sejauh ini cukup aktif dalam menulis berbagai topik sains dan lingkungan dengan memanfaatkan fitur menulis ini di Kumparan.com dan Saintif.com. Berikut beberapa contoh tulisan yang saya buat.

Dengan menggunakan fitur ini, akan mampu menjangkau audience yang luas dan tentunya website tersebut juga melakukan editorial terhadap tulisan sebelum ditulis. Hal ini dapat menjadi scanning awal dari tulisan kita sebelum disebarkan kepada masyarakat yang lebih luas.

Kemudian untuk mendapatkan jangkauan pembaca yang lebih luas, saya biasanya menulis topik-topik yang sedang ramai saat ini. Sehingga informasi yang ingin disampaikan akan menjadi lebih relavan bagi para pembaca.

Jadi, mari lawan penyebaran hoax dan disinformasi serta memperbanyak konten positif di internet.

Data diri
Nama               : Diah Ayu Suci Kinasih
Umur               : 23 tahun
Sekolah / instansi : Departemen Fisika, Universitas Gadjah Mada
Email              : diahask@gmail.com
Kota Domisili      : Kabupaten Sleman, Yogyakarta

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *