Halo semuanya. Sudah pada tahu kan kalau baru-baru ini Indonesia telah menjadi tuan rumah konferesi G20?
Konferensi G20 tahun 2022 ini digelar tanggal 15-16 November lalu dan bertempat di Bali. Acara ini menjadi wadah bagi 19 negara untuk mewujudkan pertumbuhan global yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif.
Tema yang diangkat dalam G20 tahun ini adalah “recover together, recover stronger” agar mendorong pemulihan ekonomi global pascapandemi dengan berfokus pada tiga isu strategis, yaitu:
- Penanganan kesehatan yang inklusif
- Transformasi ekonomi berbasis digital
- Transisi menuju energi berkelanjutan
Dari ketika fokus bahasan ini, hal yang paling membuat saya tertarik adalah poin ke-tiga tentang transisi menuju energi berkelanjutan.
Kenapa transisi ini perlu dilakukan? Kenapa harus dimasukan kedalam bahasan penting? Bagaimana cara melakukannya?
Dannn~ beruntungnya Jumat lalu saya berkesempatan berdiskusi terkait bahasan menarik ini bersama #EcoBloggerSquad dan kak Fariz Panghegar dari Traction Energy Asia.
Apa itu transisi energi dan kenapa perlu dilakukan
Sebelum melangkah ke bahasan yang lebih jauh, mari kita kenalan dulu dengan apa itu transisi energi dan mengapa hal ini perlu dilakukan.
Transisi energi adalah proses pengalihan penggunaan energi dari sumber energi berbasis fosil ke sumber energi yang lebih tidak menghasilkan emisi.
Pengalihan ini perlu dilakukan karena ternyata energi listrik dari batu bara dan fosil yang kita bakar selama ini menyebabkan emisi gas rumah kaca yang sangat besar.
Emisi gas rumah kaca hasil pembakaran bahan bakar fosil ini akan dilepaskan ke atmonsfer, pelepasan ini menyebabkan gas rumah kaca menjadi terperangkap dan seakan menyelimuti bumi.
Lalu seperti yang kita tahu gas ini lah yang akhirnya menyebabkan terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim.
Menurut data World Resources Institute dalam artikel Our World in Data (2021), energi yang kita gunakan untuk transportasi, industri, serta bangunan baik perumahan dan gedung komersial menyumbang lebih dari 70% emisi dari gas rumah kaca di dunia.
Bahkan jumlah ini diproyeksi akan terus bertambah sering dengan makin meningkatnya aktivitas manusia. Oleh karenanya, perlu dilakukan transisi energi untuk mengurangi dan mengendalikan laju dari emisi gas rumah kaca ini.
Hal ini dilakukan dengan mulai mengalihkan penggunaan bahan bakar fosil (minyak dan gas bumi serta batu bara) ke energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan seperti energi angin, matahari, air, dan potensi energi lainnya.
Tantangan transisi energi
Oh iya, terkait dengan keberjalanan program transisi energi ini pemerintah Indonesia telah menetapkan beberapa target, seperti target Bauran Energi Terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050, serta berkomitmen untuk penurunan emisi sebesar 29% pada tahun 2030.
Selain itu, dalam agenda G20 tahun ini Indonesia juga mendorong untuk menggunakan energi bersih untuk memperkuat sistem energi global berkelanjutan.
Tentu saja dalam proses transformasi ini tidak akan semudah membalik telapak tangan. Apalagi melihat kondisi masih banyak masyarakat di daerah terpencil yang malah belum sama sekali tersentuh oleh akses listrik.
Ditambah lagi komponen penting lainnya seperti akses penyaluran, teknologi yang digunakan, serta biaya pendanaan juga harus tetap dipertimbangkan.
Sehingga, dibutuhkan langkah strategis untuk mensukseskan transisi energi ini.
Ikut serta mendukung transisi energi
Guna untuk mencapai target terkait transisi energi, pemerintah melakukan berbagai upaya seperti mulai melakukan eksplorasi dan pembangunan sumber energi terbarukan, serta membuat kebijakan dari berbagai sektor untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Namun, apakah sudah cukup sampai disini? tentu saja tidak berhenti di sini.
Kesuksesan dari transisi energi ini pastinya tidak hanya bergantung pada salah satu pihak saja. Kita sebagai masyarakat juga harus berperan aktif dalam mendukung proses transisi energi ini, melalui kegiatan-kegiatan seperti:
- Mengelola kembali limbah rumah tangga seperti minyak jelantah untuk bahan bakar nabati (biofuel) atau memanfaatkan sampah dan limbah organik sebagai biogas.
- Alih-alih menggunakan kendaraan pribadi (motor dan mobil), kita juga bisa menggunakan transportasi masal seperti kereta api dan bus.
- Menghemat penggunaan listrik dan menggunakan lampu serta alat elektronik yang lebih hemat energi
Selain itu, kita juga bisa ikut serta mengampanyekan dan membagikan kabar baik terkait inovasi produk energi terbarukan agar makin banyak orang yang sadar akan pentingnya hal ini.
Cukup mudah diimplementasikan bukan? Yuk mari sukseskan transisi energi agar planet Bumi selalu nyaman untuk kita tinggali ❤️
Referensi:
- The Conversation Indonesia. 2022. G20 2022 Bali: memahami istilah penting dan tujuan berkumpulnya kepala negara ekonomi terbesar di dunia.
- Our World in Data. 2021. Sector by sector: where do global greenhouse gas emissions come from?
- Kementrian ESDM Republik Indonesia. 2022. Langkah menuju Transisi Energi.
Featured Photo by V on Unsplash