Literally kebanjiran.

Dah tidak tau judulnya bener atau ngga, yang penting saya beneran lagi kebanjiran.

Seumur-umur baru kali ini bajir masuk rumah setinggi lutut, padahal rumah saya ngga pernah ikut kebanjiran di saat rumah tetangga kegenang air.

kebanjiran

…dan sepertinya ini juga merupakan kebanjiran yang paling parah di kampung.

  • Bu Is, depan rumah, 2 lemari dan dapurnya hanyut. Kendaraan motor pun hampir hanyut kebawa air.
  • Tetangga samping desa, rumahnya hanyut kebawa air
  • Ada warga yang hewan ternaknya hilang

Bukan tanpa sebab sih.

Warga juga sepertinya sudah ngerti kenapa bisa banjir semacam ini (?).

Hujan deras dengan waktu yang lama ditambah alas yang semakin gundul.

Penebangan hutan beberapa tahun ini memang sedang menjadi-jadi. Ini juga berkat dorongan warga yang berkeinginan membuka lahan pertanian yang lebih luas lagi. Hingga akhirnya hutan tidak optimal menahan dan menyerap air hujan.

Ditambah tanggul plengseng belakang rumah pembangunannya tidak mempertimbangkan tempat penduduk. Akhirnya air menggerus dan masuk ke daerah kampung.

Di saat yang sama, pengumuman seleksi program sarjana UGM sudah keluar.

Apakah ini yang dinamakan musibah selalu berdampingan dengan datangnya rejeki?

Catatan:

Feature image Photo by Brydon McCluskey on Unsplash

See also  April itu bulan patah hati.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *