Masih ga paham dari dulu dengan memarahi seseorang akan membuatnya bermental kuat, ga lembek, jadi strong.
Terutama kalau marahnya udah condong ke meluapkan emosi pribadi dan blaming.
Perihal marah memarahi dengan alasan demikian, sebenarnya merupakan hal yang paling saya kurang suka selama masa kuliah. Terutama zaman maba.
Jurusan saya, Fisika, terkenal kalau kaderisasinya paling lama dan paling ‘keras’.
Tapi, ketika diprotes alasannya tetep kilse.
- Mereka marah demi kebaikan, biar kita tahu sama temen-temen yang lain. Biar kenal kakak tingkat.
- Biar mentalnya bagus, gak lemah.
- Menjadi kader yang baik disegala bidang.
Padahal mah engga.
Sistem yang demikian malah membuat orang lain tertekan, walaupun yang katanya malah sopan-sopan dengan kakak tingkat. Tapi kesopanan ini muncul karena rasa takut dan ngga enak dengan mereka.
Dari segi mental health juga, tindakan semacam ini juga mesisakan kenagan buruk yang mungkin saja itu akan dihilangkan hinga waktu yang lama.
Adek tingkat, dua tingkat di bawahku sepernya dia mengalama hal yang serupa. Kurang puas dengan sistem kaderisasi yang ada dan akhirnya memutuskan buat nulis di sosial media sosial.
Cerita tentang gimana cara senior di kampus memperlakukan dia, senior tukang titip absen, ga pernah masuk kelas, bahkan malah nyontek dari adek kelas.
Tapi apa yang didapat, dia dibully oleh senior yang dulu ngader dia. Temen angkatan yang dulunya ngader dia, juga ikutan ke triger buat nyerang. Bahkan dia disidang oleh ‘katingnya’ juga.
…. dan si adek tingkat ini akhinya masuk rumah sakit. Walaupun sakitnya karena kerusakan saraf di daerah kepala, tapi insiden ini bisa jadi salah satu pemicu utamanya.
Parah banget sih ini, harusnya insiden semacam ini ngga perlu terjadi. Kalau udah salah ya tinggal ngaku dan minta maaf ke orang yang bersangkutan (adek kelas aku), tidak perlu malah menyerang mentalnya seperti itu.
Padahal, bukankah nilai-nilai semacam itu yang ingin diangkat selama kaderisasi. Rasa bertanggung jawab, memberikan keritik secara bijak, mau menyuarakan aspirasi untuk memberikan dampak yang positif untuk lingkungan kampus.
Bukan malah marah dan gak terima.
Untungnya, sekarang praktik semacam itu udah mulai ditindak oleh Departemen. Kegitan kaderisasi setidaknya jadi lebih kondusif dan manusiawi dari sebelumnya.
Tapi, beda lagi kalau di tempat kerja.
Kalau yang ngamuk-ngamuk bos nya, mah ga ada yang berani :’