Menjaga privasi: hal yang sebaiknya kamu perhatikan saat di kantor

Hal yang membuat saya risau akhir-akhir ini di kantor, privasi. Perihal ini sebenarnya sudah sering saya alami di kampus dulu. Menjaga privasi dengan teman-teman kuliah, terutama saya tipe orang yang cenderung tertutup dengan orang lain.

Ya ngga tertutup banget sih, hanya untuk hal-hal tertentu seperti percintaan dan keuangan. Saya lebih memilih buat diam ataupun tidak terlalu menanggapi secara serius.

Tapi baru kali ini ngerasa, di tempat kerja rasanya batas-batas privasi antar individu malah ngga kelihatan. Padahal ngga sepantasnya juga membawa masalah pribadi ke kehidupan kantor.


Case yang saya alami ngga separah cerita di twitter yang dipermalukan oleh atasannya atau lebih dari itu. Yang saya alami, misalkan nih saya habis keluar atau pergi hari weekend sama orang. Posting di instagram…. dan keesokannya jadi bahan bulyian di kantor oleh rekan kerja.

Sepertinya bagi mereka hal ini cukup lucu buat bahan perbincangan, tapi untuk saya ini sangat risih sekali. Masalah seperti itu kan cukup untuk diri saya sendiri bukan? malah dibuat bercandaan atau ceng-cengan.

Ada lagi, perihal saya beli hape baru. Ada rekan kantor yang meminjam hape tersebut, ternyata malah buka-buka galeri dan diumumin kebanyak orang. Sangat ngga sopan sekali kan?

Eh lha kok malah jadi marah-marah saya .-.

Namun, saya juga sering merasa melanggar batas-batas privasi kehidupan orang lain lewat hal-hal yang tidak saya tahu.

Lalu, jadi mikir. Apakah mereka juga merasa seperti itu saat saya merasa kurang suka karena dilanggar privasinya, karena ketidak sadaran mereka melakukan hal tersebut.

Hal yang sebaiknya untuk dipertimbangkan untuk dibicarakan dan dibawa ke kantor.

1. Kehidupan Keluarga

Selama kuliah saya selalu merasa bahwa ya masalah keluarga ga papa kalau jadi topik pembicaraaan. Bertanya keadaan saudara, ayah, ibu, hubungan mereka, dan basa basi ngga jelas lainnya.

See also  Kerja tanpa standar protokol Covid

Sampai suatu ketika, saya menyadari bahwa terkadang percakapan semacam itu bisa jadi menjadi suatu hal yang cukup menyakitkan untuk lawan bicara kita.

Bodoh sekali kan.

Kenapa saya malah ngajak bercandaan begitu. Saat bersama orang yang tepat, mungkin itu akan sangat menyenangkan. Namun jika dengan orang yang berkebalikan jadinya ya malah menyakitkan.

Tenyata, hubungan manusia dengan keluarganya tidak sesederhana seperti hubungan saya dengan keluarga saya.

Ada kondisi dimana seorang anak telah kehilangan orang tuanya, hubungan yang tidak harmonis dengan kedua orang tuanya, luka dengan sanak saudara, ataupun masalah keluarga yang lainnya.

Saya melupakan hal tersebut.

2. Kehidupan Pecintaan

Sebagai seorang perempuan, sudah lulus kuliah, udah kerja, dan teman-teman yang seusia udah pada nikah bahkan punya anak. Pertanyaan seputar percintaan sering bikin telinga panas.

Nah sekarang tambah lagi, di tempat kerja mayoritas laki-laki dan beberapa ada yang hampir umur 30 masih jomblo.

Alhasil, hampir tiap hari selalu denger orang ngeceng-cengin. Bahkan nanya hal-hal yang sebenernya kurang pantas buat ditanyakan di kantor karena terlalu pribadi.

Sama kayak hubungan keluarga, masalah percintaan setiap orang kita ngga pernah tahu apa yang dialami.

Kebanyakan orang hanya menilai, seorang yang jomblo, ga punya pacar, dan ga menikah adalah orang-orang yang menyedihkan. Dan ini hanya berasal dari sudut pandang orang yang menilai saja.

Kita ga pernah tahu, apakah dia pernah ada konflik sebelumnya sehingga memutuskan untuk sendiri?, punya trauma yang mendalam kah?, atau apakah lingkungannya saat ini tidak mendukung untuk mendapatkan pasangan.

Tapi, ngga berarti kamu ga boleh cerita sama orang lain juga. Ceritalah dengan orang yang tepat dan dapat dipercaya.

See also  Berkunjung ke Hutan Pinus Mangunan Yogyakarta (1 Jam dari UGM)

3. Perihal Gaji dan Keuangan

Saya ngerasa agak nyesel. LAGI.

Nampaknya selama kerja full time di kantor, saya menemukan banyak pelajaran berharga mengenai kehidupan. Bagaimana memahami kondisi dan memperlakukan orang lain.

Kondisi yang ngga mengenakan buat saya adalah saat ga ada uang, punya pun pas-pasan, gaji cuma cukup buat ngehidupin sebulan. Rasanya ada sesuatu yang belum terpuaskan dalam diri.

….terutama nih, kalau liat temen-temen seangkatan yang punya kehidupan udah settel. Gaji terbilang banyak dan dapat posisi strategis di kantornya. Saya hanya melihat semua orang dengan kondisi di atas kondisi diri saat ini, tapi ga pernah melihat ke bawah.

Kemarin iseng tanya, ga iseng juga sih. Memang niatnya ingin memvalidasi kondisi keuangannya. Temen saya, se tempat kerja.

Ternyata gajinya jauh lebih kecil dari saya, dari segi beban kerjaan jauh lebih berat ketimbang saya. Sedih juga lihatnya, apalagi banyak dimarahi atasan :’

Selama ini mikir bawa aku yang jadi orang paling sedih sedunia karena gaji kecil banget, tapi yang ini jadi bikin diri sendiri sadar. Harus bersyukur dengan apa yang di dapat.


Ya, sudah dulu.

Intinya ketiga poin tersebut yang perlu dihati-hati dalam berkomunikasi di kantor. Emm.. ga di kantor juga sih, di mana aja harus tetap mempertimbangkan privasi orang.

Apakah orang tersebut akan marah, tersinggung, atau memberikan respon yang baik terhadap pertanyaan kita.

Noted:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *