4 Miskonsepsi Tentang Kebakaran Hutan dan Lahan yang Banyak Disalahpahami

Kebakaran hutan dan lahan membawa banyak dampak buruk bagi lingkungan dan makhluk hidup. Berikut 4 miskonsepsi terkait kebakaran hutan serta lahan yang banyak disalahpahami.

Pekan lalu saya menghadiri acara bersama teman-teman dari #EcoBloggerSquad, jika sebelumnya membahas tentang peran hutan dalam mencegah perubahan iklim.

Gathering kali ini berdiskusi terkait kebakaran hutan dan lahan bersama Kak Cecil dari Auriga Nusantara.

Dari diskusi kemarin saya mendapatkan banyak sekali pencerahan terkait kebakaran hutan dan lahan. Hal juga yang baru saya sadari bahwa banyak sekali kesalahpahaman terhadap topik tersebut di masyarakat kita.

Berikut ini adalah beberapa miskonsepsi tentang kebakaran hutan dan lahan.

Kebakaran hutan di Indonesia terjadi secara alami

Banyak orang yang mengangap kebakaran hutan adalah hal alami yang disebabkan oleh faktor alam, seperti kemarau panjang (El Nino) dan sambaran petir. Kebakaran hutan ini dianggap seperti siklus alam tahunan yang akan selalu terjadi.

Padahal hal tersebut tidak benar.

Kebakaran tidak hanya terjadi saat kemarau panjang, bahkan di masa tanpa kemarau panjang pun masih terjadi kebakaran hutan dan manusia berperan penting dalam terjadinya kebakaran hutan serta lahan dalam kondisi ini.

Seperti yang kita tahu, dalam sejarah manusia api merupakan penemuan yang amat sangat penting, dengan api manusia bisa membuka hutan untuk membuat permukiman dan pertanian serta mengusir hewan liar.

Di masa lalu, petani tradisional membuka hutan menggunakan api kecil yang terkontrol sehingga tidak menyebabkan kebakaran hutan yang masif.

Namun, berbeda dengan saat ini. Petani modern, yang mengeksplansi lahan pertanian dalam luasan yang besar untuk perkebunan komersil seperti kelapa sawit tentu efek kebakarannya akan berbeda.

Kondisi ini diperparah oleh fenomena cuaca El Nino yang dalam beberapa tahun terakhir dan menyebabkan kondisi yang sangat kering. Akibatnya bisa kita lihat saat ini, lebih dari 13 ribu hektar lahan gambut di Kalimantah terbakar dalam waktu 10 bulan tahun 2021.

See also  Memulai Semester 2 di Pascasarjana Fisika UGM

Tidak masalah terjadi kebakaran hutan, toh hutannya masih banyak

Iya tentu saja tidak masalah kalau kebakarnya sedikit, yang menjadi masalah hutan yang terbakar di Indonesia jika dikumulasikan dari tahun 1997 hingga

Sebut saja saat kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, luasan hasil kebakaran hutan di indonesia setara dengan 32 kali luas DKI Jakarta. Hasilnya indonesia menyumbang ribuan ton karbon dioksida ke atmonsfer dan kabut asap berkepanjangan. Negara tetangga juga ikut terkena dapaknya, akibat ekspor kabut asap yang kita lakukan.

Lah kok kenapa bisa sebanyak itu?

Oh iya, perlu diketahui sebelumnya kebakaran hutan cukup berbeda dengan kebakaran lahan.

Jika kebakaran hutan api akan melahap bagaian atas pada permukaan tanah, sedangkan pada kebakaran lahan ini api justru akan membakar bagian bawah permukaan tanah. Dalam kondisi ini adalah tanah atau lahan gambut.

perbedaan kebakaran hutan dan lahan
Ilustrasi kebaran hutan (flaming fires) dan kebakaran pada lahan gambut (smoldering fires). Ilustrasi oleh Shaorun Lin (2019)

Lahan gambut terbentuk dari timbunan tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna. Pembentukan lahan gambut pun tidak instant, butuh waktu bertahun-tahun sampai yang bisa kita lihat sekarang. Hal ini juga membuat lahan gambut kaya akan sumber karbon yang bermanfaat bagi kehidupan.

Kebakaran pada lahan gambut menyebabkan api akan terus membara dalam waktu yang lama. Lahan gambut kaya akan carbon, efek dari kebakaran ini akan melepaskan lebih banyak karbon dan dalam kondisi kering api dapat menyebar dengan sangat cepat.

Selain itu, Api yang berada dipermukaan tanah juga cenderung sulit dipandamkan. Sehingga tak jarang mempersulit proses pemadaman api.

Kak Cecil juga menjelaskan dalam kasus kebakaran lahan juga membutuhkan treatment yang lebih khusus untuk mengatasinya. Jadi, jangan dibandingkan dengan pembakaran tungku kayu di rumah, yang ketika sudah disiram air sudah selesai apinya.

See also  Kunci Perubahan Iklim adalah Perempuan

Sayangnya, jika kasus kebakaran hutan dan lahan semakin tidak terkendali akan membuat ketersediaan hutan gambut di Indonesia diprediksi hanya tersisa kurang dari 50 tahun.

Manusia adalah yang paling terdampak dari kebakaran hutan dan lahan

Kebakaran hutan dan lahan (karhutla), beserta bencana lain yang ditimbulkannya setidaknya menyebabkan terjadinya hal seperti berikut:

  1. Ganguan pernafasan, partikel halus hasil kebakaran mengangu sistem pernafasan manusia.
  2. Kasus kabut asap akibat kebakaran hutan serta lahan menyebabkan macetnya kegiatan ekonomi, transportasi, hingga pendidikan di daerah terdampak.
  3. Kebakaran dan asap kebakaran hutan yang kerap melintasi negara tetangga, menyebabkan timbulnya masalah diplomatik antar negara.

Belum lagi nanti dampak sampingan dari kebakaran hutan, seperti banjir bandang dan turunnya produktivitas tanah.

Tetapi apakah hanya manusia saja yang terdampak dari bencana kebakaran hutan? Sayangnya tidak fergusoo~. Makhluk hidup lain, seperti hewan dan tumbuhan, juga ikut terkena dampaknya.

kebakaran hutan dan lahan

Hutan kodratnya berperan sebagai tempat tinggal bagi ribuan hewan dan tumbuhan. Berbeda dengan manusia yang tinggal dipermukiman, ketika terjadi kebakaran hutan bisa segera masuk ke rumah atau berpindah ke daerah lain.

Kebakaran hutan akan menghilangkan habitat sekaligus rumah tempat tinggal bagi ribuan spesias hewan tumbuhan di dalamnya. Tidak ada tempat tinggal lagi bagi mereka. Efeknya hilangnya keanekaragaman hayati, apalagi hewan dan tumbuhan endemik di dalamnya bisa saja menyebabkan kepunahan.

Masyarakat biasa tidak bisa berkontribusi mengatasi kebakaran hutan dan lahan

Bagi kalian yang masih berfikir:

“Aku mah apa cuma masyarakat biasa, mana bisa ikut berkontribusi buat mengatasi kebakaran hutan dan lahan”

atau

“Yang harus menjaga ya harus yang dekat daerah hutan lah, kan rumah saya jauh dari hutan mana mungkin harus ikut mengatasi masalahnya”

Namun siapa bilang sebagai masyarakat biasa tidak dapat berkontribusi untuk menghentikan kebakaran hutan dan lahan. Kita dapat melakukan aktivitas-aktivitas seperti:

  • Mengurangi penggunaan produk hasil hutan sekali pakai seperti kertas.
  • Ikut melakukan reboisasi dan penaman pohon.
  • Ikut berdonasi kepada korban dan daerah terdampak kebakaran hutan dan kabut asap.
See also  Tulis Saja.

Selain hal tersebut, sebagai generasi yang dekat dengan internet dan media sosial, kita juga bisa secara aktif membagikan konten edukatif tentang merawat dan mencegah kebakaran hutan agar makin banyak orang yang sadar akan pentingnya menjaga kelestarian hutan.


Empat miskonsepsi di atas adalah kesalahpahaman yang paling banyak ditemui terkait kebakaran hutan & lahan. Masih banyak hal lainnya, dan tentu dari bahasan ini menyadarkan saya agar lebih terbuka dan belajar memahami topik hutan dan lingkungan.

Terima kasih sudah membaca, jika kamu ingin menambah miskonsepsi lain atau ada saran tulis di kolom komentar ya 😀

Referensi

Featured Photo by Malachi Brooks on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *