Halo semua, pernah ngebayangin ngga kalau ternyata plastik bungkus makanan dan minuman instan yang kita makan malah berubah menjadi monster yang meracuni tubuh kita sendiri?
Tentu saja saya sendiri tidak dapat membayangkan hal tersebut terjadi, namun setelah menonton film dokumenter Pulau Plastik ini saya tersadar hal tersebut bukan hanya pengandaian saja, tetapi telah benar-benar terjadi dalam kehidupan kita saat ini.
Plastik adalah salah satu penemuan paling inovatif dan berpengaruh bagi umat manusia.
Plastik mulanya diciptakan untuk menyelamatkan kerusakan alam akibat maraknya penebangan hutan untuk produksi kantong kertas. Namun, ternyata plastik memberikan ancaman lainnya untuk kita.
Dalam film dokumenter berjudul Pulau Plastik ini kamu akan melihat hal apa yang terjadi jika sampah plastik menjadi tidak terkendali, dampaknya bagi lingkungan dan manusia, serta apa yang bisa kita lakukan untuk mencegahnya.
⚠️ Warning, this content may contain spoilers!
Film dokumenter: Pulau Plastik
Film dokumenter yang digarap oleh Dandhy Dwi Laksono dan Rahung Nasution mengangkat isu plastik dengan tiga perpektif mewakili latar belakang yang berbeda. Masing-masing dari mereka membawa kisahnya sendiri dalam melawan sampah plastik:
- Gede Robi, seorang volakis band dari Bali, menyarakan isu limbah plastik melalui eksperimen, kampanye hingga musik yang ia bawakan.
- Pak Prigi Arisandi, seorang peneliti biologi di Jawa Timur, yang melihat isu limbah plastik dari segi ilmiah dan memulai penelitian soal limbah industri, kandungan plastik di lingkungan dan manusia.
- Mbak Tiza Marifa, seorang aktivis lingkungan, yang berani untuk terjun langsung mengedukasi masyarakat melalui banyak kegiatan sosial.
Mereka mengajak kita untuk menelusuri sejauh mana jejak sampah plastik menyusup ke rantai makanan, dampaknya terhadap kesehatan manusia, dan apa yang bisa dilakukan untuk menghentikannya.
….dan tentu saja, kerja keras mereka dalam menyuarakan isu ini tidak semudah yang kita kira, banyak pihak yang terlibat mulai dari pelaku industri, politisi, bahkan negara tetangga.
Stop single-use plastics
Film ini mengangkat kampanye sederhana ‘tolak plastik sekali pakai’.
Plastik sekali pakai adalah jenis plastik yang dirancang untuk digunakan hanya sekali pakai dengan waktu penggunaan singkat yang akhirnya berubah menjadi sampah.
Plastik sekali pakai dapat dijumpai dalam berbagai produk dan kemasan, mulai dari botol air minum, kantong belanja, bukus makanan, sedotan, peralat makan sekali pakai, dan lain sebagainya.
Sayangnya meskipun praktis penggunaan plastik ini menghasilkan sampah secara masif dan menimbulkan pencemaran baik di darat, laut, bahkan masuk dalam tubuh manusia.
Plastik yang kita buang, plastik yang kita telan
Setelah menonton Pulau Plastik ada poin yang menarik bagi saya adalah kata-kata dari pak Prigi:
Pada dasarnya sampah plastik yang dibuang ke lingkungan akan mengalami terdegradasi dan terfragmentasi menjadi bagian-bagian plastik yang sangat kecil berukuran kurang dari 5 mm.
Sialnya, berkat ukurannya yang sangat kecil mikroplastik menjadi sulit untuk dideteksi dan dihilangkan, bahkan mudah sekali tersebar di seluruh lingkungan baik perairan, tanah, udara, dan bahkan organisme hidup.
Mikroplastik ada dimana-mana. Dalam air yang kita minum, ikan yang kita makan, bahkan udara yang kita hirup ada partikel mikroplastiknya.
Dari projek penelitian yang dilakukan oleh pak Prigi dan timnya menemukan dari 100 sampel feses yang diamati semuanya menunjukkan adanya mikroplastik.
“Apa yang kita buang akan kembali pada meja makan kita”, ada konsekuensi atas dari setiap tindakan kita yang sembarangan membuang sampah plastik dan akan berdampak pada kehidupan kita sendiri di masa depan.
Sebelum reuse dan recycle, lakukan reduse dulu
Dalam mengatasi permasalahan plastik tentu saja kita sudah paham adanya semboyan 3R, Reduse, Reuse, dan Recycle. Namun, kampanya yang selama ini dilakukan adalah hanya menekankan dalam penggunaan kembali (reuse) dan tindakan daur ulang (recycle) saja.
Padahal kedua tindakan tersebut dapat direduksi dari langkah pertama dilakukan yaitu dengan melakukan reduse melalui pembatasan dan penghentian penggunaan produk plastik sekali pakai.
Terlebih lagi, biaya proses daur ulang plastik bisa jadi lebih besar dari biaya produksi plastik itu sendiri serta menghasilkan polutan yang berbahaya bagi lingkungan.
Saatnya ikut bertindak menyelamatkan bumi
Goal dari film ini adalah kita semua bisa mendapatkan semangat yang sama untuk terus menjaga lingkungan. Bukan hanya saat aksi peduli lingkungan dilakukan, tetapi menjadi kebiasaan yang dilakukan setiap hari.
Jadi, mari mulai dari sekarang kurangi penggunaan plastik sekali pakai dan serta bijak dalam memilih produk yang kita gunakan
Selain membatasi penggunaan plastik sekali pakai, kamu juga dapat melakukan hal lain dalam mendukung kegiatan baik lainnya.
Misalnya ikut serta mendukung dan menonton film dari sineas Indonesia yang memiliki concern dalam mendukung gerakan peduli lingkungan hidup, seperti yang saya lakukan.
Selain membuat menjadi lebih paham terhadap isu lingkungan, kita juga makin termotivasi untuk melakukan kegiatan yang lebih baik untuk menjaga lingkungan.
Jangan lupa juga untuk mengikuti challenge #BersamaBergerakBerdaya dari Team Up For Impact demi mencegah dampak perubahan iklim menjadi semakin buruk.
Caranya tinggal buat video aksi kecil kita dalam menjaga lingkungan dan upload ke Reels Instagram ya dengan hastag #BersamaBergerakBerdaya dan tag akun Team Up For Impact di @teamupforimpact.
Dengan mengikuti challenge ini selain mengajak semakin orang yang tergerak untuk menjaga lingungan, kamu juga berkesempatan mendapatkan hadiah menarik dari Team Up For Impact.
So, ditunggu ya keikutsertaannya ya.
Sekian, salam lestari❤️
Referensi
- Kumparan. 2021. Review Film Pulau Plastik: Perjalanan Melawan Plastik Sekali Pakai
- Featured photo by pulauplastik.org