Ternyata lahan gambut tertua di dunia berada di Indonesia lho~ Tepatnya di daerah situs pedalaman Kalimantan, dekat kota Putussibau.
Beruntungnya hari Jumat lalu saya mengikuti diskusi bersama Eco Blogger Squad bersama kak Ola dari Pantau Gambut. Sehingga, saya banyak tercerahkan tentang gambut dan pentingnya gambut bagi kehidupan.
Oh iya, fakta terkait Indonesia sebagai pemilik lahan gambut tertua di dunia ini dikonfirmasi dari hasil peneliti dari University of Oregon.
Dari hasil penelitiannya menunjukkan area gambut di daerah tersebut, berdasarkan penangalan radiokarbon, setidaknya sudah terbentuk dari 47.800 tahun yang lalu.
Ini suatu hal yang mengagumkan sekali, karena pada umumnya ketinggian dari lapisan tanah gambut di Indonesia rata-ratanya hanya berkisar 5-6 meter saja. Sedangkan, pada lahan gambut tersebut bisa mencapai kedalaman 18 meter atau setara dengan rumah lantai.
Dalam sekali bukan? dan lalu bagaimana lahan gambut ini bisa terbentuk?
Dekomposisi bahan organik bertahun-tahun menghasilkan lahan gambut
Tanah gambut adalah tanah yang terbentuk akibat penimbunan bahan organik seperti tumbuhan atau kayu yang tidak terdekomposisi secara sempurna.
Tentu saja proses ini tidak terjadi begitu saja.
Butuh kondisi-kondisi tertentu seperti lingkungannya harus bebas oksigen dan proses ini terjadi sangat lambat, sehingga lama kelamaan membentuk lapisan gambut.
Kurang lebih prosesnya dapat ilustrasi sebagai berikut:
Pada umumnya pembentukan gambut banyak terjadi pada area genangan air, seperti daerah rawa, cekungan antara sungai, atau daerah pesisir. Adanya genangan air ini juga yang menyebabkan terjadinya kondisi minim oksigen.
Proses pembentukan tanah ini, membuat tanah gambut memiliki sifat unik dan berbeda dengan jenis tanah lain.
Dimana tanah gambut memiliki porositas (ronga) yang tinggi dibanding tanah lainnya, tanah ini mampu menyerap kandungan air dengan jumlah yang sangat tinggi dan terbentuk dari bahan organik menyebabkan tanah gambut memiliki jumlah karbon yang besar berperan sebagai penyimpang karbon yang baik.
Di samping itu, tanah gambut cenderung memiliki sifat asam (pH<4) dengan kandungan unsur hara yang sedikit dibanding dengan tanah mineral sehingga hanya sedikit jenis tanaman yang mampu bertahan hidup dalam kondisi tanah ini.
Berdasarkan sifat yang dimiliki oleh lahan gambut tersebut sering kali membuat lahan ini diangap sebagai lahan tidak produktif dan sulit untuk ditumbuhi tanaman pertanian, padahal kenyataannya tidak demikian.
Lahan gambut penting untuk makhluk hidup
Lahan gambut di Indonesia didominasi oleh jenis lahan gambut tropis dan termasuk salah satu lahan gambut tropis terbesar di dunia. Membuat lahan gambut di Indonesia menjadi salah satu habitat bagi ribuan spesies pohon tinggi dan berbagai jenis fauna.
Selain itu, lahan gambut menyimpan banyak potensi dan peran penting, terutama dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan mencegah terjadinya perubahan iklim.
Berikut adalah beberapa fungsi utama dari keberadaan lahan gambut:
- Habitat dan tempat perlindungan keankearagaman hayati.
Lahan gambut ini menjadi tempat tinggal bagi berbagai spesies flora dan fauna di dalamnya, termasuk kategori flora dan fauna yang dilindungi seperti orang utan, lutung merah, dan sebagainya
- Menunjang perekonomian masyarakat sekitar.
Ekosistem flora dan fauna yang ada dalam lahan gambut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebabagai tempat pencaharian hidup dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
- Mengurangi dampak bencana banjir dan kemarau.
Tekstur lahan gambut yang berpori mampu untuk menyerap dan menampung air dalam jumlah yang sangat banyak.
Hal ini memungkinkan lahan gambut menyimpan air di musim hujan sehingga area di sekitarnya tidak banjir, sedangkan dalam musim kemarau air yang tersimpan dalam lahan gambut dapat dilepas ke sungai dan area sekitarnya.
Sayangnya, fungsi lahan gambut saat ini cenderung menurun seiring dengan adanya perusakan hutan dan alih fungsi lahan.
Dampak kerusakan lahan gambut Mengintai Manusia
Kembali lagi, anggapan lahan gambut adalah lahan yang tidak produktif, mendorong manusia melakan alih fungsi lahan tersebut menjadi area pertanian dan perkebunan yang bernilai jual tinggi.
Masalahnya, pada proses pengalihfungsi lahan ini kebanyakan dilakukan dengan proses pengeringan lahan dan pembakaran yang menyebabkan lepasnya emisi karbon tanpa henti ke atmonsfer bumi.
Selain itu, sifat lahan gambut yang berongga dengan lapisan yang tebal, membuat kebakaran pada lahan gambut menyebabkan api akan terus membara dalam waktu yang lama dan butuh prosedur pemadaman khusus.
Akibatnya, lahan gambut akan kehilangan segala fungsinya dalam menjaga ekosistem, lepasnya karbon dalam jumlah banyak juga akan mempercepat pemanasan global, dan lagi-lagi manusia juga yang akan kena dampaknya.
Ibarat kata butuh ribuan tahun untuk membentuk lahan gambut tertua di dunia, namun hanya waktu sekian hari saja manusia dapat merusaknya.
Jadi, sebelum terlambat dan terjadi kerusakan terlalu jauh, mari bersama-sama ikut serta dan mendukung gerakan untuk menjaga lahan gambut ❤️.
Baca juga tulisan dari diskusi menarik bersama #EcoBloggerSquad lainnya di:
- Melindungi Masyarakat Adat Sama Pentingnya Dengan Melindungi Alam
- 4 Miskonsepsi Tentang Kebakaran Hutan dan Lahan yang Banyak Disalahpahami
- Kebakaran Hutan Siberia: Peran Hutan Dalam Mitigasi Perubahan Iklim
Bangga banget karena lahan gambut di Indonesia termasuk yang tertua di dunia. Artinya Indonesia telah banyak berperan menyerap karbon dan air saat hujan. Tapi sedih, kalau lahan gambut terus mengalami degradasi.
Berbangga karena indonesia memiliki peran penting dalam menahan laju perubahan iklim. Tapi sedih kalo liat berita pengalihan fungsinlahan gambut
Gak kebayang yaa.. Indonesia yang kita tinggali memiliki lahan gambut yang manfaatnya sangat besar untuk keseimbangan lingkungan di bumi. Dan semoga edukasi ini semakin mendorong pemerintah untuk membantu melalui regulasi mengenai hutan Indonesia.
Lahan gambut Indonesia punya posisi ter4 di dunia, huwo banget MasyaAllah ya Kak. Semoga masyarakat makin menjaga dan peduli.
Menjaga Indonesia sama dengan menjaga dunia… Tulisan yang mencerahkan, keren.