Hidup dengan gaji pas-pasan di Salatiga

Saya mulai bekerja dari November lalu, dengan gaji yang terbilang kecil jika dibandingkan dengan teman-teman seangkatan yang sudah kerja.

Cukup sedih memang, hidup di kota Salatiga dengan gaji yang mepet sekali. Gaji saya hanya sebatas UMR di kota ini.

UMR di Salatiga emang ngga banyak-banyak banget sih. Tahun 2020, UMR di Salatiga sekitar Rp 2.000.000.

Gaji saya cuma segini dan karena sering pulang tepat waktu, saya juga ga dapet uang lemburan. Dengan jumlah fee lemburan yang ga banyak tentunya, makanya lebih milih langsung pulang ke kosan.

Pengeluaran vs gaji

Kalau dihitung-hitung gaji saya ini cuma cukup buat biaya hidup dan ngekos di Salatiga. Ku juga baru tahu di sini, walaupun Salatiga kota kecil dan UMR nya kecil. Harga bahan pokok dan kosan di sini sebanding kayak di Tembalang bahkan kosan daerah Peleburan juga.

Kalau dirinci dengan uang segitu, yang saya dapat lakukan adalah seperti ini

KegiatanDebitKredit
Gaji bulanan2.000.000
Bayar kosan500.000
Transportasi (bensin)100.000
Makan (@10.000×3)900.000
Pulsa internet (kuota)100.000
Nabung200.000
Total2.000.0001.900.000
List ini belum termasuk pengeluaran yang lain-lain

Dengan reng-rengan begitu, saya hanya punya sisa uang 100.000 untuk keperluan dana darurat.

Misal pas lagi sakit, beli perlengkapan dapur, sabun, make up yang habis dan lain-lainnya. Bahkan saya ga pernah ngirim uang hasil gajian saya ke orang tua dan masih nombok buat hidup dari uang tabungan. Kan sad banget ya.

Mepet banget kan. Kandang suka rada iri dan sedih juga melihat teman-teman yang lain. Yang mayoritas gajinya bisa di atas 3.000.000.

Hmmm, derita kalau faktor lulusan S1 tidak dianggap ya seperti ini. Tapi kenapa saya masih bertahan ya? aneh juga aku. Padahal masih bisa nyari kerjaan yang lebih menguntungkan kan ya?

See also  Menanti hari Minggu.

Tetap bertahan

Kalau boleh dibilang, alasan utama saya tetep balik bekerja di sini adalah saya ga pengen nganggur untuk 6 bulan kedepan.

Saya sudah memutusakan untuk kuliah di awal tahun depan, sangat tidak memungkinkan kalau ngambil kerjaan di tempat lain yang biasanya pakai sistem kontrak.

Setidaknya di perusahaan yang ini rada slow buat kuliah lagi dan itung-itung mengisi waktu luang juga kan.

Walaupun ya gitu, kadang kerjanya kurang nyaman suasanannya dan bikin capek banget. Sampe kemarin ga sempet nulis blog juga kan.

Jangan kan nulis blog, waktu buat belajar pun ngga ada. Ternyata kacau juga adaptasi kembali ke tempat kerja setelah kerja di rumah selama 3 bulan. Banyak hal yang berbeda.

Tetapi, karena ku ngangep perkerjaan ini sebagai tempat sementara mencari kesibukan dan bukan perkerjaan yang pengen ku tekunin sampe tua. Ku merasa baik-baik saja.

note:

2 Replies to “Hidup dengan gaji pas-pasan di Salatiga”

  1. Halo kak..Thanks buat reviewnya, bisa buat estimasi biaya hidup. Kebetulan saya mau ada kerjaan di Salatiga & klo di hitung2 masih masuk untuk budget saya. Tetep semangat kak 💪

  2. kami malah berencana pindah ke salatiga dari kota palembang, kalau pensiun. krn salahtiga terkenal kota yg ramah dan nyaman. kalau soal biaya hidup pinter2 kita yang ngatur jangan ngoyo.
    biaya hidup di kota palembang lebih ngeri lagi, apalagi kalau nggak ada penghasilan tetap jika pensiun.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *